They're mine

Oktober 21, 2013

apa maumu?

selamat malam tuan yang entah mengapa terasa semakin jauh. aku datang baik-baik untuk bertanya mengenai hal-hal manis yang kita jalani selama ini. sejak 16 maret 2013 kamu menyelip dalam ruang hatiku, menjadi sosok baru yang nampaknya menarik jika kunikmati dari berbagai sisi. aku hanya ingin kamu tahu, kamu sudah jadi seseorang yang kuhargai keberadaannya, kutunggu pesan singkatnya, dan kurindukan suaranya. kamu sudah jadi teman malamku, semangat pagiku, dan terik matahari siang yang membakar semangatku.
kita sudah saling tahu sejak tahun lalu. penasaran, itulah caramu menjelaskan awal perkenalan kita. saat chat mu muncul di beranda, saat pesan singkatmu menggetarkan handphone-ku untuk pertama kalinya, saat tulisan-tulisanmu memenuhi kotak masuk ponselku; demi bumi dan langit, aku tak ingin membawa hubungan itu ke jenjang lebih serius. aku trauma dengan masa lalu. cukup jadi teman.

percakapan kita malam itu diawali dengan basa-basi dan candaan serta ledekan darimu. tidak ada ketegangan, hanya rasa canggung yang kurasakan. hampir setiap malam, kamu menjadi bagian dalam hari-hariku, jadi tawa yang membawa damai sebelum tidur malamku. tak hanya itu, aku pun rela tidur larut malam hanya untuk menunggu pesan singkatmu, yang kadang tak kunjung muncul...
terlalu terburu-burukah jika aku mencoba menyebut ini cinta? jika terlalu tergesa-gesa, lalu apa namanya perasaan tak ingin melepaskan meskipun kutahu kamu tak mungkin berada dalam genggaman?

Dan, kedekatan kita sepertinya memang bukan lagi sebatas teman. ketika kau dan aku menambahkan panggilan 'sayang' yang berhasil membuatku melihat langit berwarna-warni dan terbang setinggi-tingginya.

awalnya, semua ini baik-baik saja. sampai pada akhirnya aku tak tahan dengan pengabaian mu. saat kita bertengkar, soal pesan singkat yang kau balas lama, bahkan tidak ada sms selama berhari-hari. aku membuka suara, kita sudah bicarakan hal ini berkali-kali. aku sempat tak ingin membawa semua ke arah yang lebih serius karena kita berbeda.
awalnya, kita saling mengerti semua itu, namun nampaknya cinta itu seperti kekuatan brengsek yang membuat aku dan kamu juga ingin melawan dalam ketidakberdayaan kita. kita berontak, marah sama keadaan, marah sama cinta.

aku dan kamu terlalu gengsi untuk membawa hubungan ini. selain gengsi, juga merasa belum siap pada permasalahan yang akan di hadapi, pada resiko yang akan dihadapi. kita marah pada siapapun, sama apapun yang membuat aku selalu emosi setiap mendengar kalimat "SEBENARNYA STATUS KITA INI APA? SIAPA KITA? APA YANG KITA RASAKAN?"

setelah lelah marah pada keadaan, kau membuatku semakin bingung. kamu selalu menyerahkan semua keputusan padaku, kamu tidak pernah memberikan ku pendapat, kamu terlalu diam, mengapa kau selalu memendam semuanya?
mataku basah karena ke-tidakjelasan ini. apa maksudmu adalah dengan menyuruhku mencari yang lain? agar aku bisa melepaskanmu dan melihatmu bahagia; meskipun kebahagiaanmu tidak lagi membutuhkanku.

sekarang, rasanya keinginan kita sudah terwujud. keinginan dua orang bodoh yang terlalu gengsi menyatakan perasaan, terlalu takut meminta kejelasan, dan terlalu takut melawan keadaan. KAMU ENTAH DENGAN SIAPA SEMENTARA AKU DENGAN DIA. HAHAHAHA! TERLUKA.

ini bodoh, sungguh, maksudku apa susahnya bilang kalau aku dan kamu inginkan penyatuan, lagi? punya satu tujuan? MAU SALING MEMPERJUANGKAN? iya, berbicara cinta dan sayang memang tidak mudah, TAPI BUKANKAH LEBIH MENYAKITKAN JIKA KITA BISA SALING GENGSI, SALING DIAM, TAPI JUGA CEMBURU? BUKANKAH LEBIH MENYEDIHKAN JIKA KAMU DAN AKU HANYA BISA TERTAWA SEBENARNYA SANGAT TERSIKSA?

BISAKAH KAUBAYANGKAN RASANYA JADI DUA ORANG YANG SALING MENCINTAI TAPI MEREKA TERMAKAN GENGSI SENDIRI? bisakah kau rasakan SAKITNYA dua orang yang ternyata hati mereka tidak saling menyatukan? bisakah kauresapi air mata  yang dekat namun jauh karena mereka takut pada arus, yang semakin dijauhi justru semakin deras?

hatimu sudah jadi milikku, hatiku sudah jadi milikmu. namun, mengapa aku dan kamu tak kunjung menciptakan ruang untuk kita? ruang tempat kita saling memahami, juga mencintai, TANPA HARUS MEMERHATIKAN GENGSI YANG MEMATIKAN SEMUA URAT-URAT HATI.

Oktober 14, 2013

let it go

kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat ingat. awalnya, semua berjalan sederhana. kita bercanda, kita tertawa dan kita membicarakan hal-hal manis; walaupun segala percakapan itu hanya melalui pesan singkat. perhatian yang mengalir darimu dan pembicara manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang tak perlu dimaknai dengan luar biasa.

kehadiranmu membawa perasaan lain. setiap pesan darimu, selalu saja ada topik menarik yang kita bicarakan, sampai pada akhirnya kita berbicara satu hal itu. sebenarnya, aku sudah memberi perhatianku yang sering kuberikan tak benar benar terasa olehmu? aku mendengar ceritamu lagi. hatiku bertanya-tanya.

aku bergejolak dan menaruh harap. senyumku mengembang dalam diam, segalanya tetap berjalan begitu saja, tanpa kusadari bahwa cinta mulai menyeretku ke arah yang tentu saja tak kuinginkan. saat bertemu, kita banyak bicara, kita banyak bercanda. dan di pesan singkat pun, kau masih saja memperlihatkan keceriaanmu. sungguh, aku masih tak percaya segalanya bisa berjalan secepat dan sekuat ini. aku terus meyakinkan diriku sendiri, bahwa ini bukan cinta. ini hanya ketertarikan sesaat karena aku merasakan sesuatu yang baru dalam hadirmu.

aku berusaha mempercayai bahwa perhatianmu, candaanmu, dan caramu mengungkapkan pikiranmu adalah dasar nyata pertemanan kita. ya, sebatas teman, aku tak berhak mengharap sesuatu yang lebih.

aku tak pernah ingin mengingat kenangan sendirian. aku juga tak ingin merasakan sakit sendirian. tapi nyatanya...
perasaanku tumbuh semakin pesat, bahkan tak lagi terkendalikan. siapakah yang bisa mengendalikan perasaan? aku tidak sepandai dan secerdas itu. aku hanya manusia biasa yang merasakan kenyamanan dalam hadirmu.
salahku memang jika mengartikan tindakanmu sebagai cinta. 

kamu sudah jadi sebab tawa dan senyumku, aku percaya kau tak mungkin membuatku sedih, dan kamu tak akan jadi sebab air mataku. aku percaya kamulah kebahagiaan baru yang akan memberiku sinar paling terang. aku sangat mempercayaimu, sangat!
aku harus belajar tak peduli, aku harus belajar memaafkan. juga merelakan. karena aku tau, tidak akan ada kita. kita hanya, teman.

perbedaan

setiap bertemu dengan saya, dia selalu ceria. dia banyak bercerita tentang pengalamannya yang sangat menganggumkan. hal yang selama ini ia perjuangkan terlihat membuahkan hasil. keluarga, waktu, dan tenaga telah ia korbankan untuk mimpinya; ilmuwan.

ini pertemuan saya yang terjadi secara kebetulan, ketika saya melihat fotonya di jejaring sosial hingga bertemu langsung beberapa bulan lalu. dia tidak bersama kekasihnya, saya bertanya-tanya. adakah sesuatu yang salah? melihat kejanggalan tersebut, saya banyak diam. namun, ia mengajak saya sekadar mengobrol dan bercerita, saya tak mampu menolak, kami sudah jarang bertemu seminggu ini.

topik utama masih tentang pengalamannya di nasional, serta pengalamannya pengalamannya yang lain yang mulai bersinar. saya ikut bangga punya teman yang memperjuangkan mimpinya dengan sangat berani. namun, air wajahnya berubah ketika...

mungkin, inilah definisi menyakitkan yang sesungguhnya. saya sendiri tak mampu mendeskripsikan rasa sakit dalam rangkaian kata, karena perasaan itu benar benar dirasakan oleh hati, dan kata menyakitkan itu berasal dari kesulitan untuk menyatukan dua orang yang beribadah di tempat yang berbeda.

kedewasaannya sungguh diuji, ia berusaha terlihat sangat tegar dan sangat kuat di hadapan saya. mungkin, dia mulai mempercayai saya. dia terus bercerita, semakin banyak ia cerita semakin saya memahami isi hatinya.

sore yang indah, ketika kamu dan aku menghabiskan waktu bersama untuk berbagi cerita dan banyak pengalaman. ketika kamu, mengajari saya banyak hal. ketika kamu, men support saya tanpa lelah. ketika kamu, membantuku untuk mengerti fisika. ketika kamu, memberikan semua makanan karena takut saya lapar. ketika kamu, melindungi aku.

tuhan, agama, dan norma begitu klise dalam kacamata saya. segalanya begitu kompleks, sampai-sampai saya tak paham lagi, apakah tuhan yang begitu suci dan agung pantas di terka-terka isi hatiNya oleh manusia?

Juni 04, 2013

aku yang terlalu harap banyak?

rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong dalam hatiku. tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa ajaib dan begitu luar biasa. entahlah, perasaan ini tumbuh melebihi batas yang kutahu.


aku menjadi takut kehilangan kamu. siksaan datang bertubi-tubi ketika kamu tidak berada disampingku. kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku, ada sebab yang tak kumengerti sedikitpun. aku sulit jauh darimu, aku membutuhkanmu seperti aku butuh udara. nafasku tercekat ketika sosokmu hilang dari pandangan mata. salahkah jika kamu begitu kusukai?


tapi... entah, sikapmu tidak seperti sikapku. perhatianmu tak sedalam perhatianku. tatapanmu tak setajam tatapanku. adakah kesalahan diantara aku dan kamu? apakah kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan?
kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu tak pernah sibuk memikirkanku. aku selalu kehilangan kamu, dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta izin. meminta izin? memangnya aku siapa? kekasihmu?! bodoh! hadir dalam mimpimu pun aku sudah bersyukur, ah sudahlah.


lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu. pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus, namun kau hempaskan dengan bulus. seberapa tidak pentingkah aku? apakah aku hanya persimpangan jalan yang selalu kau abaikan, yang selalu kau tinggalkan?
apakah aku tidak berharga dimatamu? apakah aku hanyalah boneka yang selalu menuruti aturanmu? aku tak bisa bicara banyak, juga tak ingin mengutarakan semua yang terlanjur terjadi. aku tak berhak bicara tentang ini, jika kau terus tulikan telinga. aku tak mungkin bisa berkata rindu, jika berkali-kali kau ciptakan jarak yang semakin menjauh. aku tak bisa apa-apa selain memandangimu dan membawa namamu dalam percakapan panjangku dalam setiap doa.


terlalu banyak pertanyaan, aku muak sendiri. aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. aku mengaggumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku.
mungkin... memang semua salahku. yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. yang bermimpi bisa menjadikan kamu lebih dari teman. tapi cinta itu tak harus memiliki katamu, kata seseorang di masa laluku pun seperti itu, aneh. aku mencintaimu tidak hanya sebagai teman, tapi juga sebagai seseorang yang begitu bernilai dalah hidupku.


namun, semua jauh dari harapku selama ini. mungkin, memang aku yang terlalu berharap banyak. akulah yang tak menyadari posisiku, dan tak menyadari letakmu yang sungguh jauh dari genggaman tangan. akulah yang bodoh. akulah yang bersalah!
tenanglah, tak usah terpaksa perhatikanku lagi. aku terbiasa tersakiti kok. tidak perlu basa basi, aku bisa sendiri. dan kamu, pasti tak sadar, aku berbohong jika aku begitu mudah melupakanmu.


menjauhlah. aku ingin dekat-dekat dengan kesepian saja, disana luka ku terobati. disana tak kutemui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya, yang berkata sayang dengan gampangnya...



aku bukan siapa-siapa dimatamu, dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa. sebenarnya, aku juga ingin tahu, dimanakah kau letakan hatiku yang selama ini kuberikan padamu? tapi, kamu pasti enggan menjawab, dan tak mau tahu soal rasa penasaranku. siapakah seseorang yang telah beruntung karena memiliki hatimu? 






diperbaharui & ditulis ulang oleh Fitrie Amalia Dewi, created by dwitasari.

April 29, 2013

Memories

cause every night i'm talking to the moon...

lagu itu hanya salah satu memori buatku dari ber milyar kenangan lainnya. sebuah lagu sederhana, kadang mampu menyimpan beribu kenangan di dalamnya.
sebenarnya, kenangan manis lah yang membuat sakit saat dikenang karena kita tahu bahwa kenangan juga tidak bisa diputar kembali. bukankah begitu?

hei, look at me. i found someone BETTER than you!
kadang, aku juga merasa takut membuat moment indah. karena aku tau, moment itu mungkin hanya akan membuat sakit di waktu yang akan datang.
aku takut akan segala hal, terutama kebahagiaan. 
kini, ada cahaya yang datang menuntunku untuk kembali seperti dulu, memberikan hatinya, walaupun aku tak yakin namun cahaya itu mampu mengobati luka-luka lama.

apa yang membuatku seperti ini?
tak adil, karena luka lalu yang terlalu parah, aku tak bisa kembali lagi.
semua mimpi indah, dan kata-kata manis itu kini ada kembali, namun mengapa aku tidak sebahagia dulu lagi? 
aku semakin menyadari, hati ini masih terdapat penghuni lama.

hei penghuni lama, bisakah kau menyingkir?
wahai langit, kau hanyalah hitam tanpa sinar bintang dan bulan bukan?
wahai bintang dan bulan, kau takkan bisa bersinar tanpa kegelapan bukan?

kamu, pengobat hati ini. terimakasih.
aku tau, bulan telah menemukan cahaya barunya.
dan kini, bumi telah menemukan satelit nya yang baru, kamu.
entahlah, aku tidak yakin. kamu tidak ingin berikatan, dan aku masih takut. siapa yang salah?

aku tidak tahu sampai kapan harus seperti ini.
di sisi lain, aku memang sangat ingin melupakannya. namun, aku juga sangat tahu bahwa dialah satu-satunya yang... ah sudahlah.
now, i've to start all over again. kembali, namun jauh lebih sangat berhati-hati.

hei kamu, please be careful with my heart :)

i'll stay here. yes, i'm fitrie :)

November 30, 2012

hi, si Gudang Bakat :)

jelaskan padaku, mengapa semua menjadi serumit ini? aku tidak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil di otakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. aku melihatmu, mengenalmu, lalu menyukaimu, mencintaimu juga mungkin? sesederhana itulah kamu mulai menguasai hari-hariku. kamu jadi penyebab rasa semangatku. kamu menjelma menjadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. iya, mungkin, aku jatuh cinta. entah kamu...

semua kulakukan diam-diam. begitu rapi. hingga mungkin hatimu yang beku tak pernah berhasil mencair. semua kusembunyikan. hingga perasaanmu yang tidak peka tetap saja tak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap oleh sorot matamu. aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kau tak memahami yang sebenarnya terjadi.

aku tak bisa melupakanmu... sungguh! aku selalu ingat caramu menatapku, caramu mencuri perhatianku. kerutan matamu yang aneh, namun terlihat mempesona dalam pandanganku. hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja untuk tidak dilupakan. tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.

kita jarang mempunyai kesempata berbicara, berdua saja. ya mungkin hanya saat-saat ini saja, saat kita berlatih bersama... rasanya mustahil, kamu, dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. tapi, aku selalu ingat perkataanmu yang ini: "mau lagu kasih tak sampai? coba yuk? gak ada yang mustahil" aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau nyanyikan untukku. iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kau menyanyikannya tanpa perasaan. lalu mengapa kau menatapku terus menerus? aku bahkan tidak berani membalas tatapan itu!

rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. kamu sangat sulit kutebak, kamu teka-teki yang mempunyai banyak jawaban, juga banyak tafsiran. aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukan padaku. aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak kau hanya katakan untukku. aku takut mempercayai sederhanamu yang kau perlihatkan secara terselubung. aku takut. aku trauma, aku takut. semakin takut jika perasaan ini tumbuh ke arah yang tidak diinginkan. tolong hentikan langkahku, jika memang semua hal yang kuduga benar adalah hal yang salah dimatamu.

ketahuilah, kamu laki-laki yang mempunya segudang bakat. aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul di otakku, seperti asap rokok yang menggantung di udara; kamu seakan-akan nyata. selama ini juga, aku tidak pernah berani mengatakan satu hal yang mungkin mengagetkanmu, aku mulai menyukaimu. 

Created by Dwitasari, ditulis ulang dan di perbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi.

September 09, 2012

Jika Kebohonganmu Membayangi Langkahku

aku takut untuk mengetahui kenyataan yang ada, walau tatapan itu, seruan kelu dari bibirmu, dan janji manismu hanyalah dongeng yang enggan menyentuh cerita akhir. aku tahu hari-hari berbulir begitu jahat, hingga sentuhan mu yang sebenarnya lembut terasa begitu kasar di inderaku. tak ada kebahagiaan yang mengamit relungku, ketika kulitmu bersentuhan dengan kulitku. tak ada senyuman, hanya ada tatapan heran.

kenapa harus aku?

sungguh, aku sempat mempercayai retotika yang melekat dalam pertemuan kita. jiwaku mengalir bersama kehadiranmu, yang perlahan-lahan mengisi lalu menguap. ada decak bahagia kala itu, ketika kepolosan wajahmu memunculkan perhatianku. ada kejujuran yang mengatur setiap pertemuan kita. sungguh tak ada rekayasa. sungguh tak ada kebohongan.

tapi, mengapa semua sekarang terasa berbeda?

namun, seiring berjalannya waktu, entah mengapa kau telah mengubah diriku menjadi seseorang yang bahkan tidak kukenal. bahkan perasaanku seakan kau pasangi sensor pengatur, agar aku bisa kau sakiti, agar aku bisa kau lukai. kejujuran itu berubah menjadi rasa sakit yang lukanya tidak terjamah olehmu. kebahagiaan awal pertemuan kita seakan-akan telah hilang dan tak akan pernah terulang.

mengapa harus aku? lagi dan lagi.

aku seperti patung yang bahkan tak mampu menggerakan tubuhnya. aku hanya memikirkan kamu yang dulu, aku hanya merindukan kamu yang dulu. dan... kenyataan pahit yang harus aku terima, bahwa dirimu yang dulu tidak akan pernah kembali.

kebohonganmu terlihat biasa dimataku. arogansimu adalah makanan sehari-hariku. kau latih aku menjadi wanita buta rasa, yang bahkan tidak bisa membandingkan mana luka dan mana bahagia. tak ada bahagia dalam semestamu, tapi entah mengapa aku tak bisa lepas dari jerat itu. aku terlampau lumrah dengan arogansimu. aku terlalu menganggap sederhana makianmu itu.

aku terlalu sering disakiti, mungkin itulah sebabnya perasaanku mati. bahkan aku hanya mampu berdiam diri, ketika kutahu kau telah membagi hati, untuk seseorang (yang menurutmu) lebih baik dariku.

betapapun kamu tidak akan mengerti, bahwa aku membunuh diriku sendiri hanya untuk membuatmu hidup dan bernafas.

Created by dwitasari, ditulis ulang dan diperbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi.

September 07, 2012

Lagi... Tentang Kita

ini bukan yang pertama, duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan berlalu-lalang. setiap abjad yang tersusun dalam kata serangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana, berdiam di dalam tulisan yang sebenarnya enggan kubaca dan ku definisikan lagi. ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. kekosongan dan kehampaan sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menduduk, mencoba tak memedulikan keadaan. karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.

tentu saja, kamu tidak dapat merasakan yang aku rasakan, juga tidak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, agar kita tak lagi saling menggangu. bukankah dengan berjalan berjauhan seperti ini, semua terasa lebih berarti? seakan-akan aku tak pernah peduli, seakan-akan aku tak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki rasa perhatian. bagiku, sudah cukup seperti ini, cukup aku dan kamu, tanpa kita. 

kali ini, aku tidak akan menjelaskan tentang kesepian, atau bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kau pahami. karena aku sudah tau, kau sangat sulit untuk diajak basa-basi, apalagi jika berbicara tentang cinta mati. aku yakin, kamu akan menutup telinga dan membesarkan volume lagu-lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tidak bisa kau terjemahkan sendiri. aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kau benci. tidak seperti dulu, dimana kamu selalu berbagi cerita, tertawa bersama, dan mendengarkan keluh kesahku dengan sangat sabarnya kamu.

hanya cerita sederhana yang mungkin kini tidak mau kamu dengar sebagai pengantar tidurmu. kamu tidak suka jika aku ceritakan tentang air mata bukan? bagaimana kalau kualihkan air mata menjadi senyum pura-pura? tentu saja, kau tidak akan melihatnya, sejauh yang ku tahu, kamu tidak peka. dan mungkin saja, sifat burukmu masih sama, walaupun kita sudah lama berpisah, dan sudah lama tidak saling bertatap mata. 

entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. namun, aku masih saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan. ini tentang kita. ah... kamu sekarang pasti sedang membuang muka, tak ingin membuka luka lama. aku pun juga begitu, tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang semakin samar-samar, tak ingin mereka-reka senyummu yang tak lagi seindah dulu.

kalau aku boleh jujur, kata "dulu" begitu akrab di otak, pikiran, dan telingaku. seperti ada sesuatu yang terjadi, sangat dekat, sangat mendalam, sampai-sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuhnya waktu dan jarak. sudah kesekian kali, aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi, dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin; tertiup jauh dan mungkin akan kembali.

wajah baruku bisa kaulihat sendiri, apakah jauh lebih baik semenjak semua ini telah berubah? bicara tentang perpisahan, benarkah kita memang telah berpisah? benarkah kita telah saling melupakan? jika memang ada kata "saling", tapi mengapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? dan, mengapa hingga saat ini kamu tak benar-benar menjauh? kadang, jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi. dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani... menjalani sesuatu yang tidak tahu harus disebut apa. 

tidak usah dibawa serius, hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui. sejak kamu tidak lagi disini, sejak kamu memilih jalan sendiri-sendiri. aku malah menjadi sering bermain dengan sepi, sulit dipungkiri.

kamu mengajakku ke tempat les kita dahulu, ingatkah kau? di ruangan belakang bercat hijau dengan beberapa bangku yang biasa kita tempati berdua, bercanda, tertawa bersama. saat itu kamu bercerita banyak, bercerita tentang ayahmu yang sudah berbahagia bersama Allah disana, tentang keluargamu, dan tentang kita, kau pun berjanji tidak akan pernah meninggalkan aku. aku tertawa geli, kamu masih memasang wajah serius.

tatapanmu terlihat semakin serius, semakin dalam, dan berucap pelan-pelan. iya, saat itu aku dan kamu menjadi kita, indah. tapi masa lalu, dulu. sudah kubilang dari awal kan, "dulu" itu memang menyenangkan.


dan diantara tugas sekolah yang membuat jemariku pegal
diantara kertas-kertas yang berserakan
aku masih merindukanmu 


Created by dwitasari, diperbaharui ulang dan ditulis ulang oleh Fitrie Amalia Dewi 

September 06, 2012

Satu Bulan. Tanpamu

Aku terbangun seperti biasa. menatap handphone beberapa lama lalu melirik diam-diam ke arah jam. menatap langit-langit kamar yang sama. letak lemari, meja belajar, dan rak buku juga masih sama. tak ada yang berbeda disini. aku masih bernafas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan apa yang dirasakan oleh hati?

mataku berkunang-kunang, pagi tadi memang sangat dingin. aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam disana. dan, tetap saja tak kutemukan kehangatan, tetap menggigil, aku sendirian. dengan kenangan yang masih menempel di sudut-sudut luas otak, seakan membekukan kinerja hati. aku berharap semua hanya mimpi, dan ada seseorang yang secara sukarela membangunkanku atau menampar wajahku dengan sangat keras. sekali lagi, aku masih sendiri, bermain dengan masa lalu yang sebenarnya tak ingin ku ingat lagi.

tanggal 15, seberapa pentingkah tanggal lima belas? ya... memang tidak penting bagi siapapun yang tidak mengalami hal special di tanggal lima belas. kita masuk ke bulan september. bulan yang baru. harapan baru. mimpi yang baru. cita-cita baru. juga kadang, tak ada yang baru. aku hanya ingin kau tahu, tak semua yang baru mengalami kebahagiaan. dan tak semua hal masa lalu akan menghasilkan air mata. aku begitu yakin pada hal itu, sampai pada akhirnya aku tau rasanya perpisahan. aku tau rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebenarnya tak pernah ingin kutinggalkan. aku semakin tau, masa lalu setidaknya selalu jadi sebab. kamu, yang dulu kumiliki tak bisa lagi ku genggam dengan jemari.

kita berpisah, tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi. iya, berpisah, begitu saja. seakan-akan semuanya hanyalah masalah sepele, bisa begitu mudahnya disentil oleh satu hentakan kecil. sangat mudah, sampai aku tak benar-benar mengerti, apakah kita benar-benar telah berpisah? atau dulu, sebenarnya kita tak punya ketertarikan apa-apa. hanya saja, aku dan kamu senang mendengungkan rasa yang sama, cinta yang dulu kita bela begitu manis berbisik. lirih... dingin... mempesona... segala yang semu menggoda aku dan kamu, kemudian menyatulah kita, dalam rasa (yang katanya) cinta.

aku mulai berani melewati berbagai banyak hal bersamamu. kita habiskan waktu, dengan langkah yang sama, dengan denyut yang tak berbeda, begitu seirama... tanpa cela, tanpa cacat. sempurna. dan aku bahagia. bahagia? benarkah aku dan kamu pernah merasa bahagia? jika iya, mengapa kita memilih perpisahan sebagai jalan? jika bahagia adalah jawaban, mengapa aku dan kamu sering bertanya-tanya? pada Tuhan, pada manusia lainnya, dan pada hati kita sendiri. kenapa harus kau ubah mimpi menjadi api? mengapa kau ubah pelangi menjadi bui? mengapa harus kau ciptakan luka, jika selama ini kau merasa telah di puncak kebahagiaan? 

kegelisahanku meningkat, ketika aku memikirkan kamu, ketika aku memikirkan pola makanmu, juga kesehatanmu. aku bahkan masih mengkhawatirkan kamu, masih diam-diam mencari tahu kabarmu, dan aku masih merasa sakit jika tahu sudah ada yang lain, yang mengisi kekosongan hatimu. seharusnya aku tak perlu merasa seperti itu, karena kau masa lalu, karenaa kita tak terikat apa-apa lagi. benar, akulah yang bodoh, yang tak memutuskan diri untuk berhenti. aku masih berjalan, terus berjalan, dengan penutup mata yang tak ingin kubuka. semuanya gelap, tanpamu, kosong...

ternyata, hari berlalu dengan sangat cepat. sudah sebulan, dan sudah terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu di dalam doa. salahku, yang terlalu perasa. salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani. kupikir, dengan ikuti aturanku, semua akan semakin sempurna. lagi dan lagi, aku salah, dan aku memilihmu untuk pergi. ini juga salahku, karena tak mengunci langkahmu ketika ingin menjauh.

hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang untuk melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukkanku. padahal, aku masih menjalani hari yang sama. 
jika jemari ditakdirkan untuk menghapus air mata, mengapa kali ini aku menghapus air mataku sendiri? dimanakah jemarimu saat tak bisa kuhapuskan air mataku?

created by dwitasari, ditulis ulang dan di perbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi.