They're mine

Oktober 21, 2013

apa maumu?

selamat malam tuan yang entah mengapa terasa semakin jauh. aku datang baik-baik untuk bertanya mengenai hal-hal manis yang kita jalani selama ini. sejak 16 maret 2013 kamu menyelip dalam ruang hatiku, menjadi sosok baru yang nampaknya menarik jika kunikmati dari berbagai sisi. aku hanya ingin kamu tahu, kamu sudah jadi seseorang yang kuhargai keberadaannya, kutunggu pesan singkatnya, dan kurindukan suaranya. kamu sudah jadi teman malamku, semangat pagiku, dan terik matahari siang yang membakar semangatku.
kita sudah saling tahu sejak tahun lalu. penasaran, itulah caramu menjelaskan awal perkenalan kita. saat chat mu muncul di beranda, saat pesan singkatmu menggetarkan handphone-ku untuk pertama kalinya, saat tulisan-tulisanmu memenuhi kotak masuk ponselku; demi bumi dan langit, aku tak ingin membawa hubungan itu ke jenjang lebih serius. aku trauma dengan masa lalu. cukup jadi teman.

percakapan kita malam itu diawali dengan basa-basi dan candaan serta ledekan darimu. tidak ada ketegangan, hanya rasa canggung yang kurasakan. hampir setiap malam, kamu menjadi bagian dalam hari-hariku, jadi tawa yang membawa damai sebelum tidur malamku. tak hanya itu, aku pun rela tidur larut malam hanya untuk menunggu pesan singkatmu, yang kadang tak kunjung muncul...
terlalu terburu-burukah jika aku mencoba menyebut ini cinta? jika terlalu tergesa-gesa, lalu apa namanya perasaan tak ingin melepaskan meskipun kutahu kamu tak mungkin berada dalam genggaman?

Dan, kedekatan kita sepertinya memang bukan lagi sebatas teman. ketika kau dan aku menambahkan panggilan 'sayang' yang berhasil membuatku melihat langit berwarna-warni dan terbang setinggi-tingginya.

awalnya, semua ini baik-baik saja. sampai pada akhirnya aku tak tahan dengan pengabaian mu. saat kita bertengkar, soal pesan singkat yang kau balas lama, bahkan tidak ada sms selama berhari-hari. aku membuka suara, kita sudah bicarakan hal ini berkali-kali. aku sempat tak ingin membawa semua ke arah yang lebih serius karena kita berbeda.
awalnya, kita saling mengerti semua itu, namun nampaknya cinta itu seperti kekuatan brengsek yang membuat aku dan kamu juga ingin melawan dalam ketidakberdayaan kita. kita berontak, marah sama keadaan, marah sama cinta.

aku dan kamu terlalu gengsi untuk membawa hubungan ini. selain gengsi, juga merasa belum siap pada permasalahan yang akan di hadapi, pada resiko yang akan dihadapi. kita marah pada siapapun, sama apapun yang membuat aku selalu emosi setiap mendengar kalimat "SEBENARNYA STATUS KITA INI APA? SIAPA KITA? APA YANG KITA RASAKAN?"

setelah lelah marah pada keadaan, kau membuatku semakin bingung. kamu selalu menyerahkan semua keputusan padaku, kamu tidak pernah memberikan ku pendapat, kamu terlalu diam, mengapa kau selalu memendam semuanya?
mataku basah karena ke-tidakjelasan ini. apa maksudmu adalah dengan menyuruhku mencari yang lain? agar aku bisa melepaskanmu dan melihatmu bahagia; meskipun kebahagiaanmu tidak lagi membutuhkanku.

sekarang, rasanya keinginan kita sudah terwujud. keinginan dua orang bodoh yang terlalu gengsi menyatakan perasaan, terlalu takut meminta kejelasan, dan terlalu takut melawan keadaan. KAMU ENTAH DENGAN SIAPA SEMENTARA AKU DENGAN DIA. HAHAHAHA! TERLUKA.

ini bodoh, sungguh, maksudku apa susahnya bilang kalau aku dan kamu inginkan penyatuan, lagi? punya satu tujuan? MAU SALING MEMPERJUANGKAN? iya, berbicara cinta dan sayang memang tidak mudah, TAPI BUKANKAH LEBIH MENYAKITKAN JIKA KITA BISA SALING GENGSI, SALING DIAM, TAPI JUGA CEMBURU? BUKANKAH LEBIH MENYEDIHKAN JIKA KAMU DAN AKU HANYA BISA TERTAWA SEBENARNYA SANGAT TERSIKSA?

BISAKAH KAUBAYANGKAN RASANYA JADI DUA ORANG YANG SALING MENCINTAI TAPI MEREKA TERMAKAN GENGSI SENDIRI? bisakah kau rasakan SAKITNYA dua orang yang ternyata hati mereka tidak saling menyatukan? bisakah kauresapi air mata  yang dekat namun jauh karena mereka takut pada arus, yang semakin dijauhi justru semakin deras?

hatimu sudah jadi milikku, hatiku sudah jadi milikmu. namun, mengapa aku dan kamu tak kunjung menciptakan ruang untuk kita? ruang tempat kita saling memahami, juga mencintai, TANPA HARUS MEMERHATIKAN GENGSI YANG MEMATIKAN SEMUA URAT-URAT HATI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar