They're mine

Agustus 13, 2012

Beri Aku Waktu, Tuhan


"Aku lelah menjadi seseorang yang bukan diriku sendiri. Aku lelah menjadi seseorang yang bahkan tak kukenali sama sekali."

Aku hanya bisa mematung seusai mendengar vonis dokter yang saat ini masih tak kupercayai realitanya. aku hanya bisa mematung dan berpikir, aku mencoba menyelami labirin-labirin dalam otakku yang semakin rumit dan tak kumengerti. aku mencoba menguatkan langkahku dan menegakkan hatiku. tapi, aku muak untuk terlihat menjadi kuat! aku muak menjadi seseorang yang berpura-pura menjadi kuat! aku lelah harus terus terlihat seakan-akan bahwa aku percaya segera sembuh, bahwa aku dituntut agar tidak terlihat lemah karena penyakit yang masih saja menggerogoti tubuhku, ditambah satu-satunya semangat ku kini telah pergi. aku lelah berpura-pura dalam kesakitanku. aku lelah dalam kepalsuan. aku ingin menangis tapi nyatanya aku hanya bisa menyembunyikan air mataku.

Aku iri dengan mereka yang tersenyum bahagia tanpa kepalsuan. aku iri dengan mereka yang bisa berlari dan bergerak bebas dalam sandiwara yang skenarionya telah dipersiapkan Tuhan. aku ingin seperti mereka yang menghabiskan waktunya tanpa khawatir akan hadirnya kematian yang bisa saja menghampiri mereka tiba-tiba. Aku ingin seperti mereka! aku ingin menjadi pelakon sandiwara ku sendiri, aku ingin menjadi pemeran utama  dalam sandiwara yang Tuhan izinkan terjadi itu. tapi nyatanya, aku hanya bisa menjadi seorang penonton, aku hanya bisa duduk diam! aku hanya bisa menunggu datangnya kematian! 

Ketika manusia diizinkan marah untuk takdir yang tuhan rancang, mungkin aku akan terus menjadi pemarah yang tidak henti-hentinya merapal kata-kata kekesalanku pada tuhan. kalau manusia berhak untuk merancang takdirnya, aku pasti mampu merancang kebahagiaanku sendiri. tapi, inilah aku di dalam keterbatasanku. aku hanya bisa diam. aku hanya bisa duduk memperhatikan! aku hanya bisa melakukan kepalsuan! aku hanya bisa bahagia hanya dalam kepura-puraan.

Aku hanya ingin sembuh, Tuhan. kenapa disaat berat seperti ini, orang yang sangat aku sayangi itu pergi begitu saja? aku lelah menahan sakit. Tuhan, bisa kah sekali lagi kita bercakap dalam doa? Aku belum siap kau jemput, beri aku waktu, Tuhan.

Created by dwitasari, ditulis ulang dan diperbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi. Real.

Kenapa Harus Kamu?


Siapa kamu?
Ah, kamu terlalu absurd untuk ku logiskan
Kamu terlalu rumit untuk kujelaskan
Kehadiranmu
Kepergianmu
Tak pernah kulupakan kronologisnya

Malam ini
Bahkan saat kau menyapaku
Bahkan ketika kau tidak lagi menjadi sebab dari senyumku
Ternyata aku masih diam-diam menunggumu

Kita
hanya sebagian kecil
Kita
Hanya secuil rencana dari tuhan
Aku dan kamu
Menjadi bagian sempurna dalam lingkup sederhana bernama cinta, dulu

Kepada kamu dengan penuh tanya
Sebenarnya apa yang kita harapkan dari perasaan ini?
Apakah kau hanya mimpi di siang bolong?
Apakah mungkin kau hanyalah segelintir lembayung yang menemani senja?
Atau kamu hanyalah rindu yang terhisap kangen tadi malam?

Berikan aku jawaban
Aku benci dalam keadaan tak tahu apa-apa sama sekali
Aku benci ketika hanya bisa mencintaimu dalam diam
Katakan padaku apa yang harus aku lakukan?
Aku bosan
Aku sangat bosan disiksa seperti ini!
Berikan aku jawaban
Atau berikan aku tanda seru
Tapi, tolong jangan berikan aku tanda tanya!

Aku benci ketika harus deg-degan membaca tulisan yang dihasilkan oleh jemarimu
Aku benci harus diam-diam mencintaimu
Aku benci menunggu
Aku sangat benci menjadi alat permainanmu


Created by dwitasari, ditulis ulang dan diperbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi. Real

Menangisi dia

Mata yang bengkak
Bukti bahwa kau menangisi seseorang
Yang penting dalam hidupmu

Wajah yang terlihat sembab
Bukti bahwa ada cinta
yang menyebabkan kamu terluka
lalu menangis
teriris

Cinta adalah pemujaan
maka bagaimana mungkin orang yang memujamu
akan menyakitimu?

Gunakan otakmu
Fungsikan hatimu
Pikirkan sekali lagi
Pantaskah kau menangisi dia?


Created by dwitasari, ditulis ulang oleh Fitrie Amalia Dewi. Real.

Agustus 12, 2012

Untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah membaca tulisan ini

Aku bosan ketika bangun pagi hari hingga tidur malamku diisi pertengkaran kecil dan bahkan pertengkarang yang cukup besar. dimana dia selalu ingin jadi pemenang, dimana dia selalu ingin jadi aktor utama. sementara aku, hanya pemain figuran yang tidak berhak melawan, posisiku hanya seseorang yang pasif yang mencoba mengerti semua perlakuannya walaupun ada banyak gejolak untuk dilawan.

Masalah komunikasi, masalah perhatian, masalah waktu, dan masalah-masalah lainnya yang selalu terlihat besar. memang aku ini tempat sampah, "tempat" dimana dia menumpahkan segala kekesalan dan amarahnya saat ia merasa lelah dengan dunianya? apa dia tak pernah berpikir bahwa aku sama seperti dia, yang juga punya perasaan? apa dia tau, bahwa menjadi aku bukanlah hal yang mudah?

Rasanya, sehari seperti sebulan lamanya. seringkali aku terdiam melihat semua mengalir tanpa persetujuan dan keinginanku. seringkali aku ingin lepas, tapi aku merasa jeratan itu masih terlalu kuat. aku lelah dimana hanya ada satu orang yang berkorban demi satu orang lainnya. dimana hanya ada aku yang berlelah sendirian hanya untuk menjaga sesuatu yang seharusnya kulepaskan.

Dan, untuk kamu, ya kamu! laki-laki yang dulu pernah sangat kucintai dan kukagumi sebelum kamu bertemu dengannya. jujur, aku merindukanmu. merindukan sosok dewasa yang dulu pernah menopang dan menegakkan langkahku. aku merindukan suaramu yang dulu menelusup lembut ke dalam telingaku. aku merindukan sosok sederhanamu dengan tinggimu 168cm itu. sekarang, aku tau bagaimana rasanya bila tidak ada kamu yang mengisi hari-hariku. sekarang aku tau rasanya jika saat bangun pagi tak ada sapamu di inbox atau blackberry messengerku. aku benar-benar kehilangan sosokmu. aku benar-benar takut kehilangan sebagian dari diriku saat aku juga kehilangan kamu.

Ingin rasanya kembali ke masa lalu, ketika masih ada kamu, ketika aku masih bisa tersenyum saat bangun pagi hingga tidur malamku. saat kamu menganggapku lebih dari teman, saat ungkapan rindumu masih sering kudengar dari bibirmu, saat kehadiranmu bagai aktor drama yang kutunggu-tunggu kehadirannya. aku masih saja sering memperhatikan nomor handphone dan kontak blackberry messengermu, menimbang-nimbang apakah aku harus mengirim pesan terlebih dahulu atau aku saja yang menunggumu? ah... tapi kamu terlalu sibuk, bahkan untuk sekedar chat atau sms apalagi menanyai kabarku.

Setelah kuputar kembali rekaman otakku yang berisi tentangmu, aku mencoba untuk kembali mengingat kesabaranmu saat menghadapiku, aku mencoba mereka-reka kembali ucapanmu saat menenangkan amarahku, aku mencoba mengintip kembali usaha-usaha yang kau lakukan agar hubungan kita tidak berjalan ditempat. bayanganmu berputar-putar di otakku, suaramu menusuk-nusuk telingaku. aku benar-benar kecanduan kamu, aku benar-benar kecanduan masa lalu. aku semakin sadar, bahwa tidak ada seorangpun yang bisa membuatku merasa berarti dan luar biasa selain kamu. aku semakin yakin bahwa kamu adalah seseorang yang berusaha memperbaiki kesalahanku agar aku menjadi seseorang yang baru. kamu menerimaku, lalu menjaga perasaanku, dia menerimaku tapi berusaha merusak perasaanku.

Kali ini, aku tak merasa kantuk sama sekali, rasa kantuk itu benar-benar berarti sampai aku bisa menuliskan ini, sampai aku menikmati hadirmu lewat tulisanku ini. aku menyesal kenapa semua hal-hal indah seringkali tidak bisa terulang? aku frustasi. aku kebingungan. aku butuh hadirmu. aku butuh kata rindumu. dimana kamu? kau tahu? sejak kemarin aku mencarimu! 

untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah membaca tulisan ini...

created by dwitasari, diketik ulang dan diperbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi. Real.

Seminggu Setelah Kepergianmu

Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox dan blackberry messenger ku. tak ada lagi sapamu sebelum tidur yang membuncah ricuh di telingaku. tak ada lagi genggaman tanganmu yang menguatkan setiap langkahku. tak ada lagi pelukanmu yang meredam segala kecemasan. tanpamu... semua berbeda dan tak lagi sama.

Aku membuka mata dan berharap hari-hariku berjalan seperti biasanya, walau tanpamu, walau tak ada kamu yang memenuhi hari-hariku. seringkali aku terbiasa melirik ke layar handphone, namun tak ada lagi ucapan selamat pagi darimu dengan beberapa emoticon kiss dan peluk yang memasok energiku. pagi yang berbeda. ada sesuatu yang hilang.

Lalu, aku menjalani semua aktivitasku, seperti biasa, kamu tentu tahu itu. dulu, kamu memang selalu mengerti kegiatan dan rutinitasku. namun, sekarang tak ada lagi kamu yang berperan aktif dalam siang dan malamku. tak ada lagi pesan singkat yang mengingatkanku untuk menjaga pola makan ataupun menjaga kesehatan. bukan masalah besar memang, aku mandiri dan sangat tahu hal-hal yang harusnya aku lakukan. tapi... entah mengapa aku seperti merasa kehilangan, tak pernah tahu apa yang pernah hilang. aku seperti mencari, tanpa tahu apa yang telah kutemukan.

Rasa ini begitu absurd dan sulit untuk di deskripsikan. kamu membawa jiwaku melayang ke negeri entah berantah, dan mengasingkan aku ke dunia yang bahkan tak ku ketahui. aku bercermin, memperhatikan setiap lekuk wajah dan tubuhku. aku tak mengenal sosok di dalam cermin itu. tak ada aku dalam cermin yang kuperhatikan sejak tadi. aku berbeda dan tak lagi mengenal siapa diriku. seseorang yang kukenal di dalam tubuhku kini menghilang secara magis setelah kepergian kamu. kamu merampas habis cinta yang kupunya, melarikannya ke suatu tempat yang sulit kujangkau. entah dimana aku bisa menemukan diriku yang telah hilang itu. entah bagaimana caranya mengembalikan sosok yang ku kenal itu kedalam tubuhku. aku kebingungan dan kehilangan arah.

Ingin rasanya aku melempari segala macam benda agar bisa memecahkan cermin itu. agar aku tidak bisa melihat diriku yang tak lagi ku kenal. agar aku tak perlu menyadari perubahan yang begitu besar terjadi setelah kehilangan kamu. aku bisa berhenti mempercayai cinta jika terlalu sering tenggelam dalam rasa frustasi seperti ini. aku mungkin akan berhenti mempercayai lawan jenis dan segala janji-janji tololnya. siksaanmu terlalu besar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan semua sakit yang telah kau sebabkan.

Bagaimana mungkin aku bisa menemukan yang lebih baik jika aku pernah memiliki yang terbaik? Bagaimana mungkin aku bisa menemukan yang sempurna jika aku pernah memiliki yang paling sempurna?

Aku menangis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar cinta. kamu tertawa sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya, atas dasar... entah harus kusebut apa. aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang terlampau sulit itu. aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam telah menemukan kebahagiaan. bagaimana mungkin aku harus menyebut semua adalah wujud kesetiaan? begitu sulitnya aku melupakanmu, dan begitu mudahnya kamu melupakan aku. inikah caramu menyakiti seseorang yang tak pantas kau lukai?

Jam berganti hari, dan semua berputar... tetap berotasi. aku jalani hidupku, tentu saja tanpa kamu. kamu lanjutkan hidupmu, tentu saja dengan dia. aku tak menyangka, begitu mudahnya kamu menemukan penggantiku, mungkin, yang tersembunyi di dalam hatimu itu. begitu gampangnya kamu melupakan semua yang telah terjadi. aku hanya ingin tahu isi otakmu saja, apa kamu tidak pernah memikirkan mendung yang semakin menghitam dihatiku? atau... mungkin saja kamu tidak punya otak? atau tidak punya hati?

Tak banyak hal yang bisa kulakukan, selain mengikhlaskan. tak ada hal yang mampu kuperjuangkan, selain membiarkanmu pergi dan tak berharap kamu menoreh luka lagi. aku hanya berusaha menikmati luka, hingga aku terbiasa dan menganggapnya tak ada. kepergianmu yang tak berasalan, kehilangan yang begitu menyakitkan, telah menjadi candu yang kunikmati sakitnya.

Aku mulai suka dengan air mata yang seringkali jatuh untukmu. aku mulai menikmati saat-saat nafasku sesak ketika mengingatmu. aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang kau ciptakan selama ini.

Terimakasih.

Dengan luka seperti ini.

Dengan rasa sakit sedalam ini.

Aku jadi tambah sering menulis.

Lebih banyak dari biasanya.

Aku semakin percaya, bahwa Kahlil Gibran butuh rasa sakit agar ia bisa menulis banyak hal. 
sama seperti aku, butuh rasa sakit agar bisa lancar menulis... terutama bercerita tentangmu.

created by dwitasari, ditulis ulang dan di perbaharui oleh Fitrie Amalia Dewi. Real.

Mengais Masa Lalu


Mengais Masa Lalu
Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masa lalu
Memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan
Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja
Seakan-akan sosokmu nyata
Menjelma menjadi pahlawan kesiangan
Yang merusak kebahagiaan
Dalam kenangan
Kau seret aku perlahan
Menuju masa yang harusnya aku lupakan
Hingga aku kelelahan
Hingga aku sadar
Bahwa aku sedang dipermainkan

Inikah caramu menyakitiku?
Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku?
Apa dengan melihat tangisku
Itu berarti bahagia buatmu?
Apa dengan menorehkan luka di hatiku
Berarti kemenangan bagimu?

Siapa aku dimatamu?
Hingga begitu sulit kau melepaskanku dari jeratanmu

Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia?
Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?
Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan?
Kapan kau ajari aku kebebasan?
Ajari aku caranya melupakan!
Meniadakan segala kecemasan
Meniadakan segala kenangan

Nyatanya derai air mataku
Hanya disebabkan olehmu
Ajari aku caranya melupakan
Sehingga aku lupa caranya menangis
Sehingga aku lupa caranya meratap
Karena aku selalu kenal air mata
Aku hanya ingin tertawa
Sehingga hati aku
Mati rasa akan luka

created by dwitasari dan ditulis ulang oleh Fitrie Amalia Dewi

Selanjutnya Kita...

Malam ini, semua tampak lebih berwarna... tidak, tidak terlalu berwarna, kadang kelabu, dan keruh, kadang cerah dan berwarna warni. Aku sudah melakukan banyak hal sendirian, melatih kemandirian. Mungkin, kamu akan terkejut melihat perubahanku, kamu akan menggeleng lebih lama sambil mengamati gerak gerikku, aku sudah hampir berbeda sekarang, menyusun segalanya dari awal. Seiring waktu berjalan, semua berubah tanpa persetujuan kita. Tiba-tiba saja aku sudah menjadi seperti ini dan kamu sudah tak lagi disini.

Akhirnya, ya memang akhirnya, karena tak ada lagi yang akan terulang. Hari-hari yang dulu aku dan kamu lalui seperti gelembung basah yang sangat mudah pecah. Realita berbicara lebih banyak, sementara aku dilarang untuk bermimpi terlalu jauh, apalagi mengharap yang telah terjadi terulang kembali. jika dulu kita begitu manis, entah mengapa sekarang berubah menjadi miris. memang hanya presepsiku saja yang melebih-lebihkan segalanya, mengingat perpisahan kita terjadi tanpa sebab, sulit ditebak, sampai aku muak mencari-cari yang kurasa tak pernah hilang.

Begitu banyak mimpi yang ingin kita wujudkan, kita ceritakan dengan sangat rapi dalam setiap bisikan malam, adakah peristiwa itu tersimpan dalam ingatanmu? aku berusaha menerima, kita semakin dewasa dan semakin berubah dan segala. tapi, salahkah jika kuinginkan kamu duduk disini, mendekapku sebentar dan kembali menceritakan mimpi-mimpi kita yang lebih dulu rapuh sebelum sempat terwujudkan?

Aku sudah berusaha untuk bernafas tanpamu, kadang berhasil dan kadang pula gagal. tapi, di luar dugaanku, setiap malam-malam begini kamu sering kembali dalam ingatan, berkeliaran. pikiranku masih ingin menjadikanmu sebagai topik utama, dan hatiku masih mau membiarkanmu berdiam berlama-lama disana. aneh memang jika aku sering memikirkan kamu yang tak pernah memikirkanku. menyakitkan memang jika harus terus mendewakan kenangan hanya karena masa lalu terlalu kuat untuk dihancurkan.

Beginilah kita sekarang. tak lagi saling bersapa, tak lagi saling bertukar kabar. semua seperti dulu, ketika kita tak saling mengenal, segalanya terasa asing. kosong. apapun yang kita lakukan dulu seperti terhapus begitu saja oleh masa, hari berganti minggu, minggu segera beranjak menuju bulan, sejak saat itu juga jantung kita tak lagi mendenyutkan rasa yang sama.

Inilah aku sekarang. berusaha melupakan yang disebut kenangan. berusaha melawan ketakutan yang disebabkan perpisahan. siapapun yang lebih dulu melupakan tak menjamin semua akan benar benar hilang.

adakah kejutan yang kau tunjukan padaku, selain cerita tentang pacar barumu nanti?

Created by dwitasari, ditulis ulang dan di perbaharui ulang oleh Fitrie Amalia Dewi. Real.

Agustus 09, 2012

Aku Belum Siap Menjadi Semestamu

aku tak tahu mengapa berkali-kali pertengkaran diantara kita selalu terjadi. aku tak mengerti apa salahku dan salahmu yang selalu menghasilkan adu argumen tanpa mengerti situasi. inikah kita yang awalnya selalu meledak setiap kali mempertahankan pendapat?

ada batu yang sangat keras di kepalamu dan di kepalaku. ada aliran sungai yang begitu deras pada tutur kataku dan tutur katamu. mengapa kita tak pernah lelah untuk mencari masalah? mengapa aku dan kamu selalu senang menyelami jurang perbedaan?

kita selalu merasa paling dewasa. kita selalu merasa paling tahu apa yang ada di dunia. keegoisan yang membuncah liar itu... amarah yang tak terkendali itu... seperti ada iblis yang memporak-porandakan isi otak kita. Ah... mengapa kita masih saja saling menyakiti jika memang saling mencintai? 

benarkah aku dan kamu telah dewasa? jika kita masih butuh air mata untuk mencerna semua yang sulit kita mengerti. benarkah aku dan kamu sangat siap menyatu menjadi kita? meredam segala ego dan kemunafikan yang ada. 

sebenarnya, apa yang ada di labirin otakmu dan labirin otakku? adakah kita memikirkan kelanjutan yang sedang kita jalani ini? 

mungkin... memang benar kalau kita masih berjiwa bocah. kita masih mencoba untuk dewasa. kita masih mencoba untuk berubah. peralihan yang paling sulit adalah saat anak ingusan menciumi titik kedewasaan. jiwamu dan jiwaku masih terlalu lemah untuk mengerti segala hal yang disediakan di dunia. mataku dan matamu masih terlalu lemah untuk menatap segala kemungkinan yang ada.

awalnya, kita selalu berbicara tentang kesamaan dalam diri kita. tapi saat pertengkaran tercipta, kita malah mengungkit perbedaan yang turut menjadi penumpang gelap dalam pelayaran kita. 

aku benci ketika kita saling menyalahkan... mencari kambing hitam dari setiap permasalahan. aku benci ketika emosi dalam diriku menjadi begitu dominan saat kita tak mampu berbicara dengan kepala dingin. aku benci!
sangar amat benci ketika kita berlaku seperti anak TK yang berebut naik perosotan di taman bermain. bukankah kita selalu berusaha bertingkah dewasa ketika kita bahkan tak mampu selalu berpura-pura menjadi dewasa.

bukan salahku juga salahmu. ini persoalan kita! kita yang belum siap mengerti dan menekuni arti cinta sesungguhnya. ini persoalan kesiapan! kesiapan untuk menghadapi apapun yang menggangu langkah dan berpindah kita. mungkin... kita terlalu dini untuk mengerti apa yang terjadi. kita terlalu kecil untuk mengetahui rencana besar yang tuhan selipkan dalam pertemuan kita.

mungkin, ini bisa jadi salahku, yang tidak mengerti jalan pikiranmu, yang tak selalu memahami ucapan bibirmu. mungkin juga ini salahmu, yang selalu memikirkan segala hal dengan logika, yang selalu mencerna banyak hal dengan presepsimu. dan... kemungkinan berikutnya... ini salah kita. kita yang tak mampu menahan amarah. kita yang masih belum  mengerti arti sabar yang sesungguhnya.

ini bukan yang pertama. ini terjadi entah sudah berapa kali. tapi, aku dan kamu, selalu memutuskan untuk saling memaafkan. aku dan kamu selalu memutuskan untuk menjadi kita, selalu.

ini seperti siklus pertemuan dan perpisahan yang sulit ditebak waktu dan kronologinya. perpisahan yang terucap hanyalah pertemuan yang tertunda. layaknya perpisahan, pertemuan yang tercipta hanyalah perpisahan yang bisa terjadi kapanpun. 

jika berkali-kali kita mengucapkan kata perpisahan, salahkah jika kita mengharapkan kembali sebuah pertemuan?

created by dwitasari, dan diketik ulang oleh Fitrie Amalia Dewi, real story real words.