They're mine

September 07, 2012

Lagi... Tentang Kita

ini bukan yang pertama, duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan berlalu-lalang. setiap abjad yang tersusun dalam kata serangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana, berdiam di dalam tulisan yang sebenarnya enggan kubaca dan ku definisikan lagi. ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. kekosongan dan kehampaan sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menduduk, mencoba tak memedulikan keadaan. karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.

tentu saja, kamu tidak dapat merasakan yang aku rasakan, juga tidak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, agar kita tak lagi saling menggangu. bukankah dengan berjalan berjauhan seperti ini, semua terasa lebih berarti? seakan-akan aku tak pernah peduli, seakan-akan aku tak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki rasa perhatian. bagiku, sudah cukup seperti ini, cukup aku dan kamu, tanpa kita. 

kali ini, aku tidak akan menjelaskan tentang kesepian, atau bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kau pahami. karena aku sudah tau, kau sangat sulit untuk diajak basa-basi, apalagi jika berbicara tentang cinta mati. aku yakin, kamu akan menutup telinga dan membesarkan volume lagu-lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tidak bisa kau terjemahkan sendiri. aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kau benci. tidak seperti dulu, dimana kamu selalu berbagi cerita, tertawa bersama, dan mendengarkan keluh kesahku dengan sangat sabarnya kamu.

hanya cerita sederhana yang mungkin kini tidak mau kamu dengar sebagai pengantar tidurmu. kamu tidak suka jika aku ceritakan tentang air mata bukan? bagaimana kalau kualihkan air mata menjadi senyum pura-pura? tentu saja, kau tidak akan melihatnya, sejauh yang ku tahu, kamu tidak peka. dan mungkin saja, sifat burukmu masih sama, walaupun kita sudah lama berpisah, dan sudah lama tidak saling bertatap mata. 

entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. namun, aku masih saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan. ini tentang kita. ah... kamu sekarang pasti sedang membuang muka, tak ingin membuka luka lama. aku pun juga begitu, tak ingin menyentuh bayang-bayangmu yang semakin samar-samar, tak ingin mereka-reka senyummu yang tak lagi seindah dulu.

kalau aku boleh jujur, kata "dulu" begitu akrab di otak, pikiran, dan telingaku. seperti ada sesuatu yang terjadi, sangat dekat, sangat mendalam, sampai-sampai tak mampu terhapus begitu saja oleh angkuhnya waktu dan jarak. sudah kesekian kali, aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi, dan membiarkan kenangan terbang mengikuti gelitik manja angin; tertiup jauh dan mungkin akan kembali.

wajah baruku bisa kaulihat sendiri, apakah jauh lebih baik semenjak semua ini telah berubah? bicara tentang perpisahan, benarkah kita memang telah berpisah? benarkah kita telah saling melupakan? jika memang ada kata "saling", tapi mengapa hatiku masih ingin terus mengikatmu? dan, mengapa hingga saat ini kamu tak benar-benar menjauh? kadang, jarak tak menjadi alasan untuk kita saling berbagi. dalam serba ketidakjelasan, aku dan kamu masih saja menjalani... menjalani sesuatu yang tidak tahu harus disebut apa. 

tidak usah dibawa serius, hanya beberapa rangkaian paragraf bodoh untuk menemani rasa sepi yang sudah lama sekali datang menghantui. sejak kamu tidak lagi disini, sejak kamu memilih jalan sendiri-sendiri. aku malah menjadi sering bermain dengan sepi, sulit dipungkiri.

kamu mengajakku ke tempat les kita dahulu, ingatkah kau? di ruangan belakang bercat hijau dengan beberapa bangku yang biasa kita tempati berdua, bercanda, tertawa bersama. saat itu kamu bercerita banyak, bercerita tentang ayahmu yang sudah berbahagia bersama Allah disana, tentang keluargamu, dan tentang kita, kau pun berjanji tidak akan pernah meninggalkan aku. aku tertawa geli, kamu masih memasang wajah serius.

tatapanmu terlihat semakin serius, semakin dalam, dan berucap pelan-pelan. iya, saat itu aku dan kamu menjadi kita, indah. tapi masa lalu, dulu. sudah kubilang dari awal kan, "dulu" itu memang menyenangkan.


dan diantara tugas sekolah yang membuat jemariku pegal
diantara kertas-kertas yang berserakan
aku masih merindukanmu 


Created by dwitasari, diperbaharui ulang dan ditulis ulang oleh Fitrie Amalia Dewi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar